Sekolah Is Bullshit

Ibrahim Vatih
1 October 2011

DAFTAR ISI

Saya Seorang Pelajar
Emang Kenapa?
Akreditasi yang Terbuat Dari Kertas
Akhirnya Putus Sekolah
Koleksi Sertifikat

Memilih Untuk Bebas
Berusaha Untuk Lepas
Menemukan Teman Seperjuangan
Apa Kaitan Semua itu dengan Pendidikan?
Manusia Bebas dan Membebaskan
Siapa yang bisa Menjadi Manusia Bebas?
Mengapa Menjadi Bebas?

Belajar Secara Cerdas
Melacak dengan Obsesif
Masalah-Masalah Autentik
Kecerdasan Kognitif
Pengetahuan menarik Pengetahuan
Percobaan
Waktu Luang
Berbagi Kisah
Ide-Ide yang Bertentangan
Pikiran-Pikiran yang Lain.
Kata-Kata dan Gambar-Gambar
Berpikir tentang Sistem

Jiwa Yang Memberontak
Nyatakan Kebebasan
Menolak Tugas-Tugas Sekolah
Sengaja Gagal dalam Tes
Ledakan Batin

 

Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Saat ini, saya sedang mengerjakan sebuah proyek. Menyusun sebuah buku tentang pengalaman saya dalam dunia sekolah dan segala hiruk pikuk yang ada di sekitarnya. Sebenarnya ini sebuah proyek lama yang tersendat-sendat karena banyak hal, dan kini saya mulai bisa melanjutkannya kembali.

Sebuah buku yang nantinya akan saya beri judul yang sama seperti judul halaman ini. Kalimat yang terdiri dari 3 kata itu sebenarnya sudah pernah saya publikasikan di sebuah blog lama saya di Multiply beberapa tahun lalu yang saat ini sudah saya arsipkan. Tidak lagi bisa dibuka oleh umum. Dalam publikasi tersebut, saya hanya menuliskan kalimat yang tak lebih dari sepuluh baris. Namun komentar-komentar yang masuk begitu banyak dan seolah menyaingi Threadnya.

Di sini saya tidak perlu meminta maaf ketika saya memutuskan untuk menggunakan kata yang menurut sebagian besar orang yang berkomentar pada Thread saya dulu itu adalah kata yang tidak pantas. Karena menurut saya itu adalah kata yang pantas. Meski saya tahu dan sadar bahwa tidak semua sekolah itu bullshit buruk.

Sama seperti halnya ketika saya mengatakan Pemerintah itu Busuk. Ah, sepertinya tak perlu membahas hal yang semacam ini. Karena jika kembali pada dasar ilmu marketing, maka judul yang saya berikan ini adalah kalimat bombastis, kalimat yang menjual, yang mampu menjadi daya tarik bagi banyak orang untuk tidak berhenti hanya pada judulnya saja. Terbukti hingga saat ini pun kamu masih melanjutkan aktifitas membaca di sini.

Intro

Saya tidak tahu ada berapa orang yang telah mengetahui kisah hidup tentang saya. Sebagian orang mengatakan bahwa saya adalah salah seorang anak putus sekolah yang dianggap berhasil. Berbagai macam orang pernah berdiskusi bersama saya secara lebih mendalam untuk sharing dan diskusi mengenai sekolah.

Ada salah satu dari mereka yang menanyakan sebuah pertanyaan yang sudah sering diajukan pada saya sebelumnya. Dan saya hanya menyampaikan sebuah pesan dengan harapan akan ada perubahan pola pandang terhadap esensi pendidikan.

Berikut ini adalah apa yang sampaikan padanya;

Pendidikan adalah penting. Sekolah tidak penting. Saya tidak membutuhkan sekolah, begitu juga kamu. Sekolah dapat membantu pendidikan, right? Mungkin kamu menyukai sekolah. Jika itu menyenangkan, tetaplah di sana. Dan jika itu membosankan, segeralah pergi dari sana.

Jika kamu berpikir bahwa tidak ada cara lain untuk memperoleh pendidikan, dan tidak ada jalan lain untuk memperoleh pekerjaan selain menggunakan jalan ini, maka lihatlah diri saya.

Saya adalah bukti bahwa ada cara lain untuk melakukan itu. Dan faktanya, ada begitu banyak pilihan. kamu tidak akan pernah sanggup menyusun daftar pilihan yang terlalu banyak itu.

Saya memutuskan untuk meninggalkan Sekolah Menengah karena menganggap bahwa sekolah tidak dapat membantu saya. Saya lebih memilih untuk mempelajari hal yang sesuai dengan apa yang saya senangi. Al Qur’an, bahasa, dan Web Programming adalah bidang-bidang yang saya dalami sebagai bentuk pengembangan diri.

Usia saya 19 tahun. Sudah banyak menerima order untuk pengembangan website, dan kini juga sedang menjalani aktifitas sebagai pimpinan redaksi sekaligus sebagai administrator di sebuah portal media Islam bernama Fimadani. Ikut membantu mengembangkan jaringan sebuah lembaga kepemudaan bernama Ikhwah Gaul, mengelola websitenya dan mengembangkan forum onlinenya. Saya mendapatkan amanah ini karena saya dipercaya mampu mengerjakan semua itu, meskipun saya tidak punya gelar.

Pendidikan memang penting untuk pekerjaan serta pengembangan, juga untuk kehidupan yang ingin saya bangun. Saya cukup betah untuk duduk berlama-lama di depan layar untuk mempelajari rekayasa kode pemrograman, tentang sistem, sejarah, kebudayaan, sosial, bahasa, dan apapun yang ingin saya pelajari.

Saya belajar tapi saya tidak sekolah.

Sekolah hanya sementara. Pendidikan tidak. Jika kamu ingin bahagia dalam hidup, temukan sesuatu yang kamu suka dan pelajarilah. Tidak perlu mencemaskan ijazah ataupun gelar, cukuplah berbuat baik pada banyak orang, dan mereka akan bersimpati dengan kamu.

Rekan saya itu seperti mendapat pencerahan sekaligus penasaran untuk ingin tahu lebih lanjut. Ia mengajukan berbagai pertanyaan.

Bagaimana mereka bisa mempekerjakan kamu padahal kamu masih dianggap anak-anak dari segi usia dan tidak mempunyai gelar?

Saya bisa memprogram website karena saya mendidik diri saya dengan membaca dan mempelajari manual teknis. Saya mulai membuat website secara lebih profesional saat saya memutuskan untuk berhenti sekolah. Saat itu ada salah seorang rekan online yang mengatakan bahwa karya saya bagus dan ia tertarik untuk dibuatkan. Dan dari sanalah sistem Viral itu berjalan hingga saya dikenal oleh banyak orang tentang skill yang saya miliki.

Mengapa dulu kamu putus sekolah?

Saya merasa bahwa sekolah merugikan saya. Saya merasa sekolah telah menyita banyak waktu, tenaga, dan pikiran, bahkan uang. Saya butuh untuk membangun rasa percaya diri dan kemandirian. Dan sekolah membuat saya terpuruk. Sekolah memang baik untuk sejumlah orang, dan saya berani jamin bahwa sebenarnya ada sekolah di luaran sana yang saya bisa cocok berada di sana. Namun saya tidak menemukannya, hingga memaksa saya untuk mendidik diri saya sendiri secara bebas dan liar. Dalam proses itu saya mendapati bahwa pendidikan itu jauh lebih berharga daripada sekolah.

Bagaimana menurut kamu tentang tugas-tugas dari sekolah?

Hanya kamu yang bisa menjawabnya. Saya sendiri nyaris tidak pernah mengerjakan tugas sekolah. Tapi saya akan mengatakan sebuah kalimat, “Jika kamu ingin membuat hidup lebih tertata dan bahagia, maka kamu akan membuat “tugas” untuk diri kamu sendiri. Tidak peduli apakah kamu sekolah atau tidak.

Bagaimana jika seandainya saya tidak tertarik dengan apapun dan seandainya saya adalah orang yang malas?

Jika kamu merasa lapar, apa yang akan kamu lakukan? Apakah akan tetap malas dan tetap merasakan lapar? Bagi saya tidak ada kata malas. Apa yang membuat kamu merasa lapar? Pergilah ke luaran sana dan lakukan berbagai hal yang beragam. Salah satu cara itu adalah dengan sekolah. Dan cara lainnya adalah dengan meninggalkannya. Atau bisa juga dengan mengkombinasikan keduanya.

Bukankah belajar juga harus disertai kerja keras?

Untuk bisa sukses dan bahagia, kita dituntut untuk melakukan sesuatu dengan mencurahkan segala kemampuan kita. Loyalitas dan totalitas. Itulah kerja keras. Tapi bagi saya itu tidak cukup dan tidak terlalu penting. Yang lebih penting dari semua itu adalah apa yang kita kerjakan merupakan apa yang kita senangi. Dan “kerja keras” itu terasa seperti sebuah rutinitas yang menyenangkan. Saya mempelajari semua hal yang menurut saya bagus dan saya senang dengan hal itu. Dan sekarang saya dibayar untuk melakukan hal yang saya senangi.