Sakinah Mawaddah dan Rahmah

Ibrahim Vatih
20 March 2015

Yep, tagline itu adalah dambaan setiap keluarga, do’a yang selalu disampaikan berulangkali. Tidak terhitung sudah berapa kali do’a itu melewati telinga kita, atau terucap dari bibir kita.

Sakinah, yang berarti ketenangan, kenyamanan, dan kecenderungan yang hangat terhadap pasangannya yang halal. Mawaddah artinya rasa cinta, dan Rahmah artinya kasih sayang.

Yang dalam keseluruhannya bisa diartikan sebagai aktifitas yang saling melindungi, menyayangi, menjaga, membantu, serta memahami hak dan tanggung jawab masing-masing.

* * *

Dalam catatan kali ini, saya ingin mengajak kamu untuk mengambil hikmah dari kisah orang lain yang mempunyai masalah dalam rumah tangganya, semoga ini bisa menjadi pelajaran bagi kita untuk terus bersyukur.

Sekitar 2 tahun lalu, saya diberi amanah untuk mengelola (bantu optimasi) akun Facebook salah seorang tokoh yang cukup dikenal sebagai pembicara seminar parenting, banyak buku-buku beliau yang beredar di masyarakat, dan mungkin juga pernah kamu baca.

Ada begitu banyak orang yang mengirimkan pesan ke akun beliau, di mana saya juga bisa membacanya.

Saya sangat terkaget-kaget saat membaca kisah-kisah orang di luar sana. Ada begitu banyak orang yang kehidupan rumah tangganya sangat jauh dari do’a yang sudah tak terhitung melintas di telinga itu. Sama sekali tidak membekas, tidak tersisa. Bahkan kehidupan rumah tangganya cenderung seperti neraka. Na’udzubillah, semoga kita dijauhkan dari hal-hal ini.

Saya selalu menceritakan kejadian-kejadian ‘aneh’ itu kepada istri, supaya kami sama-sama bersyukur atas apa yang kami dapat selama ini. Dari situ juga kami merencanakan hal-hal yang bisa membantu kami mewujudkan kehidupan yang sakinah-mawaddah-rahmah.

Dalam suatu riwayat diceritakan, iblis mengumpulkan para panglima terbaiknya. Dalam pertemuan itu, iblis mau memberikan singgasana bagi panglima yang memiliki prestasi terbaik selama menjalankan proker (program kerja).

Secara bergantian panglima pilihan iblis itu memberikan laporan. Berbagai macam bentuk kedzaliman disampaikan, tapi belum ada dianggap spesial oleh iblis. Sampai giliran panglima A, dia berkata, “Aku telah membunuh sekian ribu manusia.”

Iblis menganggap itu prestasi bagus, singgasana ingin diberikan, tiba-tiba ada yang menyahut, panglima B melaporkan prestasinya, “Aku telah memurtadkan sekian ribu manusia.”

Iblis menganggap prestasi B lebih bagus. Singgasana tak jadi untuk A, iblis hendak memberinya pada si B, tiba-tiba ada yang memotong, “Tunggu, aku punya yang lebih baik dari itu semua.”

“Aku telah menceraikan sekian ribu manusia.” ujar si C.

Singgasana sebagai simbol keberhasilan seorang panglima berhasil diperoleh si C. Ya, ia berhasil memutus ikatan suci yang dalam Al Quran disebut sebagai mitsaqan-ghalidza. Itulah prestasi terbaik yang selalu dilakukan oleh para syaitan. Mereka berlomba-lomba, melakukan berbagai upaya, demi tercerainya sebuah pernikahan.

* * *

Permasalahan besar rumah tangga selalu bermuara pada perceraian. Ada banyak cara yang bisa dilakukan syaitan. Mendatangkan perempuan lain dalam kehidupan seorang suami, atau sebaliknya. Menciptakan rasa ketidakpuasan pada pasangannya saat ini. Memunculkan rasa lebih baik orang lain ketimbang pasangannya sendiri. Orang lain lebih tampan, cantik, pintar, kalem, telaten, dll. Sedangkan yang tampak pada diri pasangannya hanyalah hal-hal negatif.

Selalu seperti itu permulaannya. Syaitan menanti peristiwa yang ia harapkan; pertengkaran hebat, sampai akhirnya mereka berpesta saat ucapan talak terucap dari mulut seorang laki-laki. Na’udzubillah.

* * *

Ratusan kisah pelik memenuhi inbox akun Facebook beliau. Mata dan hati saya pedih mendapati kenyataan itu. Mengerikan. Saya tidak pernah membayangkan hal-hal semacam itu terjadi di dalam kehidupan. Ternyata memang benar, syaitan melakukannya.

* * *

Siapapun kamu, yang sudah ataupun belum menikah. Jadikan ini sebagai hal yang harus kamu persiapkan. Berkali-kali disebutkan dalam Al Quran ‘aduwwum-mubin, musuh yang nyata. Bagaimana mungkin Allah menyebutkan sesuatu yang ghaib sebagai sesuatu yang nyata. Pasti ada maksud. Selama ini mungkin kita hanya menganggap diri kita bisa terlindung dari mereka dengan membaca ta’awudz dan bertawakkal bahwa Allah ada sebagai penolong.

Untuk mendapat pertolonganNya, ada ikhtiar yang harus kita lakukan. Membuat program-program yang jelas di dalam keluarga adalah salah satu bentuk ikhtiar. Program-program keluarga yang terukur, terencana, dan terevaluasi, setelah itu ditutup dengan do’a. Berharap program-program itu menjadi wasilah untuk mendapatkan pertolongan Allah dalam menyempurnakan tujuan dari terbentuknya sebuah keluarga, hingga dipertemukan kembali di akhirat.

Salah satu kisah horor itu pernah saya tulis lebih dari satu tahun yang lalu di sini. Semoga bisa menjadi pengingat dan hikmah. Nastaghfirullahal’adzhim.