Mengajarkan Anak Mengaji

Ibrahim Vatih
25 November 2017

Dalam teori pendidikan anak yang terus berkembang ini, ada pendapat yang mengatakan bahwa jangan mengajarkan calistung kepada anak di bawah 5 tahun. Calistung means baca-tulis-hitung.

Saya sepakat dengan pendapat itu. Perlu ada yang dikoreksi terkait cara mengajarkan anak (di bawah 5 tahun) berinteraksi dengan Al Quran. Bukan untuk dipaksa mengeja huruf yang tertulis.

Cara mengajarkannya adalah dengan menggunakan metode talaqqi atau dikte. Metode yang sama yang digunakan oleh Jibril kepada Nabi, begitu juga oleh Nabi kepada para sahabat.

Singkatnya, kita memperdengarkan lantunan bacaan Quran kepada anak, langsung dari suara orang tuanya. Ini sekaligus menjadi syarat utama bahwa orangtua harus bisa membaca/melafadzkan Al Quran dengan baik supaya poin-poin yang akan saya jelaskan di bawah bisa diterapkan.

Oke, langsung aja kita mulai dari yang pertama, yaitu..

1. Tentukan Surat yang Mau Dihafal

Dimulai dari yang ejaannya gampang, pendek, dan easy listening. Seperti surat-surat yang ada pada juz 28, 29, 30. Atau bisa dimulai dari Ummul Qur’an yakni Al Fatihah.

2. Bacakan Pada Anak

Yaudah sih, langsung aja bacakan surat (yang udah ditentukan itu) pada anak. Bagian ini yang akan menarik dan mungkin merupakan something new buat kamu.

Bagaimana cara membacakannya?

Yang pasti tidak dalam kondisi yang formal, terjadwal, dan penuh konsentrasi sebagaimana orang dewasa memerlukan yang demikian.

Anak-anak kita ini masih pure (murni) semuanya, fisiknya, tenaganya, akalnya, hatinya. Sesuatu yang baru akan sangat mudah masuk dan mereka terima dengan sangat baik dan cepat.

Cukup bacakan saja pada mereka, yang penting pastikan bahwa mereka mendengar apa yang kamu bacakan. Dan saat mereka mendengarkan itu, 2 hal ini sangat boleh terjadi:

  1. Mereka bermain dengan mainannya.
  2. Mereka seperti tidak peduli dengan yang kamu lakukan (membacakan/melantunkan ayat).

2 hal yang membuat kamu (para orangtua) menjadi down dan pesimis karena merasa usaha kamu sia-sia. Merasa bahwa mereka cuek, ngga ngedengerin dan ngga peduli sama yang kamu usahakan. Padahal ngga demikian!

Ketahuilah, mereka sedang merekam apa-apa yang kamu lantunkan. Rekaman yang sangat kuat, rekaman yang insya Allah ngga akan hilang sampai mereka tua, meski lantunan itu ngga pernah mereka ulang-ulang lagi (ngga pernah dimuroja’ah).

3. Sesekali Minta Anak Untuk Mengikuti

Ini sifatnya opsional, ngga harus. Kalau anak mau mengikuti apa yang kita bacakan (anak meniru setelah kita lantunkan), maka itu bagus, insya Allah jadi lebih cepet dan kuat. Tapi kalau anak ngga mau ngikuti ya ngga apa-apa ngga usah kecewa.

Insya Allah sesekali anak akan nurut dan mau ngikuti kok. Dibawa santai aja pokoknya.

4. Bacakan Jelang Tidur

Saat-saat yang tepat untuk melakukan talaqqi pada anak adalah saat mereka sedang dalam kondisi satu-satunya suara yang mereka dengar adalah suara kita. Meski mereka ngga konsen terhadap diri kita, tapi kalau satu-satunya suara yang mereka dengar adalah suara kita, mereka akan sangat cepat menyerap dan menghafal.

Terkait timing sebenarnya bisa kapan aja. Tapi dari sekian banyak kesempatan yang ada, yang paling efektif adalah ketika anak mau tidur, sedang ada dalam pelukan bundanya. Ini kesempatan buat bunda bacakan 2 sampai 3 ayat ke arahnya. Sekali lagi; meski mereka seperti tidak mempedulikan kita, tetap bacakan.

5. Bersihkan Diri Kita Dari Maksiat

Ini sangat berbanding lurus dengan ketenangan yang ada pada anak-anak kita. Coba saja perhatikan, anak-anak akan jauh lebih tenang dan mudah diatur ketika ibadah kita sedang bagus-bagusnya, sedang berada pada puncak keimanan.

Sebaliknya, anak jadi sangat rewel, susah diatur, ngambekan, dll ketika ruhiyah kita sedang lemah, atau bahkan ada kemaksiatan yang sedang kita kerjakan.

Seenggaknya itu yang saya dan istri alami.

6. Ngga Harus Terjadwal

Program hafalan untuk anak ini ngga harus ada jadwal tetapnya ya. Yang penting setiap pekan ada momen-momen yang bisa kamu manfaatkan untuk memasukkan lantunan itu ke dalam memori anak.

Kalau ada jadwal, itu malah ngga asik buat si anak. Biarkan aja mereka merasa sebagaimana biasanya, sesuka hati mereka menikmati hari, tapi tetap kita sisipkan nilai-nilai itu kepada mereka.

Kesimpulan

Rumus ini bisa kamu gunakan untuk hal-hal lain selain Al Quran ya. Saya sendiri (dan istri) menggunakan cara-cara ini untuk mengajarkan anak supaya tahu doa-doa harian, zikir-zikir pilihan, juga syair-syair (qosidah) yang mempunyai makna bagus.

Termasuk juga kebiasaan-kebiasaan bagus lainnya.