Game Theory

Ibrahim Vatih
6 December 2020

Para ahli strategi selalu memainkan kalkulasi dalam setiap pengambilan keputusan mereka.

Di level ini yang dijadikan variabel kalkulasi bukan cuma angka-angka dalam matematika tapi juga positioning, reputasi, authority, sejarah (masa lalu), testimoni, dan masih banyak lagi.

Iya, game theory ini adalah soft skill.

Di sekolah ngga diajarin ilmu dan teknik beginian.

Padahal ini salah satu ilmu super mahal yang ada di muka bumi.

Ada beberapa perang yang jumlah tentara Islam lebih sedikit dari jumlah tentara musuh. Misal perang Uhud, Badar, Qadisiyah, Visigoth (Googling aja kalau ngga tahu), dll.

Juga jangan lupa panglima perang yang ngga pernah kalah, Khalid bin Walid. Lebih dari 100 perang udah beliau hadapi, dengan berbagai kondisi, dan semuanya menang!

Banyak yang mengulas kemenangan-kemenangan ini datang karena pertolongan dari Allah.

Saya ngga menyanggah, tapi saya meyakini juga bahwa pertolongan Allah datang ketika sunnatullah-nya dijalankan, ikhtiarnya maksimal.

Game theory juga bisa jadi salah satu kunci kemenangan buat kita.

***

Ini akan sedikit nyambung-ngga nyambung sama pembahasan sih, tapi ya nyerempet-nyerempet gitu lah.

Kamu pasti pernah berada dalam kondisi yang rumit dan sumpek. Saking ruwetnya, kamu bingung harus mulai dari mana untuk mengurai keruwetan.

Di kondisi beginilah game theory kepake.

Oiya, ini adalah tulisan lanjutan dari tulisan saya sebelumnya di Facebook yang berjudul Ilmu $1000 yang bisa kamu baca di sini:

NOTE: Langsung diklik aja.

Simulasi Sederhana

Jadi simpelnya, kamu cuma diminta untuk ngebayangin aja alias simulasi dalam hati (mungkin lebih tepatnya pikiran ya).

“Wah, saya lagi ada masalah begini.”

“Kalo begini, nanti kira-kira hasilnya apa ya?”

“Tapi kalo begini, kemungkinan besar bakal jadi begini.”

Dan seterusnya.

Lebih simpel lagi, kamu cuma punya uang 3 juta, mau usaha jadi YouTuber, kamu berhadapan sama 2 pilihan. Beli VGA atau beli kamera?

Nah, jalan deh itu simulasi sesuai dengan kondisi kamu sekarang.

Kumpulin dulu fakta-fakta yang ada.

  1. YouTube yang paling penting kualitas konten, bukan gambar/video.
  2. HP 3 juta-an kualitasnya udah mumpuni buat recording.
  3. Ada adek yang hobi rakit PC dan punya PC spek lumayan.

Berarti yang prioritas ya bukan beli VGA, bukan juga beli kamera, tapi beli HP, hehe.

Itu gampang ya, nanti ada yang komplek, semisal ini;

  1. Punya utang 146 juta.
  2. Duit di rekening tinggal 24 juta.
  3. Ada waktu satu tahun buat lunasi hutang.

Gimana tuh?

Kasus yang sama, dihadapi sama 2 orang berbeda, problem solvingnya juga beda, karena variabel yang dipake untuk game theory juga beda.

Yang Pengaruhi Game Theory

Kalau mau terampil memainkan teori ini, kamu harus terbiasa sama informasi yang lalu-lalang.

Do you know why a rich become richer? Because their abilities to do game theory is 8 to 10.

Orang kaya makin kaya karena nilai game theory mereka minimal 8 dari 10.

Sedangkan orang biasa, mungkin cuma 5 dari 10.

Nilai 5 ini ya untuk menyelesaikan kegalauan antara VGA atau kamera tadi.

Kalau 8 itu untuk selesaikan galau karena hutang 146 juta yang harus lunas dalam 12 bulan.

Nilai ini akan semakin besar bersamaan dengan kemampuan kamu dalam connecting the dots.

Kemampuan dalam connecting the dots ini bahasa simpelnya adalah kecerdasan.

Kecerdasan orang beda-beda karena kemampuan mereka dalam connecting the dots juga beda-beda.

The dots yang saya maksud adalah pengetahuan, knowledge.

  1. Sejarah, cerita atau pengalaman masa lalu.
  2. Segala yang di dengar, dilihat, dirasakan.

Sejarah di sini bisa dari buku, video, dan apapun. Termasuk cerita kemarin banget yang disampaikan oleh teman atau saudara, itu juga sejarah.

Pengalaman orang lain, pengalaman diri sendiri, juga bagian dari sejarah.

Semua yang direkam oleh otak (didengar, dilihat, disarakan), juga akan menjadi variabel yang diproses oleh kecerdasan kita.

Berita, informasi broadcast di WA group keluarga/alumni/komunitas, status temen, radio, video di YouTube, dan semuanya.

Misalnya, hari ini kamu tenang-tenang aja. Terus tiba-tiba adek kamu bilang di Jogja ada gempa bumi, ribuan rumah hancur, apa reaksi kamu pas denger informasi itu?

Kalau ngga ada yang spesial di Jogja mungkin kamu cuma kaget biasa aja, tapi kalau ada yang spesial di sana (saudara, guru, teman, calon, dll), pasti langsung shock berat.

Beberapa menit kemudian, adek kamu bilang, “Iya, tahun 2006 kejadiannya.”

Langsung kamu keplak itu dengkul’e adekmu.

***

Kecerdasan (kemampuan connecting the dots) itu dipengaruhi oleh segala hal yang diserap oleh otak kita.

Kalau kecerdasan nilainya 5, dia akan cenderung random dan brutal dalam memproses the dots (informasi dan knowledge yang ada di kepala).

Tapi kalau nilainya 8, dia akan memproses dengan sangat bagus, sistematis, rapi.

Kecerdasan Bisa Dilatih

Gimana cara naikin nilai kecerdasan kita dari 5 ke 8? Ya dengan dilatih, kayak yang saya bilang sebelumnya.

Ada 3 hal yang bisa kamu lakukan untuk melatih kecerdasan:

  1. Belajar teori
  2. Liat praktek yang dilakukan orang lain
  3. Praktek sendiri

Belajar teori bisa dilakukan dengan cara beli buku, nonton opini/teori orang di YouTube, ikut kursus, baca blog orang.

Liat orang bisa dengan ikut jadi orang kepercayaannya, dan pelajari how can he solves any problems, gimana dia menyelesaikan segala masalah yang dia hadapi.

Praktek sendiri harus berbekal data dan fakta, kemudian mulai disimulasikan.

Ketiga hal itu diulang-ulang, terus menerus.

Nanti kalau perlu, bandingkan pencapaian kamu dengan orang lain. You have same time and energy, you have lot of informations, then how do you process it.

Jadi setiap ada permasalahan, selalu gunakan game theory, dan pastikan dengan bantuan itu kamu bisa selesaikan dengan happy ending.

Dicoba lagi, ulang lagi, praktek terus.

Kalau perlu, kamu juga bisa coba pakai masalah orang lain untuk latihan. Dan ini bisa dibagi jadi 2 macem:

  1. Ngga perlu ngomong sama orangnya. Kamu analisa sendiri, dan kamu tebak sendiri, “harusnya bisa selesai dengan step begini dan begitu.” Intinya kamu dapet inspirasi masalah, tapi ngga ada beban risiko apa-apa.
  2. Bilang ke orangnya, “Saya coba bantu selesaikan, tapi cuma dalam bentuk saran.”

Dengan cara pertama, kamu ngga bisa dapet hasil yang sesuai harapan berdasarkan game theory yang kamu lakukan.

Dengan cara kedua, sebaliknya. Apalagi kamu orang yang mungkin punya posisi secara kapasitas, atau senioritas.

Ketika masalah orang itu selesai dengan baik, maka kamu baru aja belajar hal baru tanpa beban, tanpa resiko, dan gratis.

Salah satu profesi saya adalah sebagai guru, punya banyak murid, dan sering jadi tempat konsultasi.

Masalah-masalah mereka sering saya jadikan media untuk terus mengasah kemampuan game theory saya. Alhamdulillah banyak yang happy ending, meski juga ada yang belum solved.

Masalah itu jangan dicari, tapi kalau datang ya harus dihadapi, dengan sedikit bantuan dari game of theory.