Saya udah lama banget pengen nulis tentang “sesuatu yang bergambar dan bertebaran di dalam rumah”.
Tulisan ini saya buat sekaligus untuk menjawab hebohnya masyarakat kita tentang uang tabungan mereka yang hilang secara misterius, kenapa hal itu bisa terjadi, dan bagaimana cara mengatasinya.
Tulisan ini dibuat dengan berdasar data dan fakta yang sering kita temui di masyarakat, keluarga kami (terutama Abah kami) udah 20 tahun lebih menangani kasus-kasus unik dan menarik dari berbagai penjuru nusantara.
Apakah nantinya kamu mau setuju, sepakat, atau menolak, itu terserah kamu. Saya ngga ada niatan apa-apa selain cerita ya, semoga bisa diambil hikmahnya.
Ada Apa Dengan Gambar?
Saya dan keluarga besar, mulai dari orangtua, saudara-saudara saya, anak-istri saya, para ponakan. Semuanya. Kami tidak menggunakan barang-barang yang bergambar makhluk, apalagi barang-barang yang menempel langsung ke diri dan anak-anak kita seperti baju, tas, celana, dan mainan.
Kami menjadikan ini sebagai bagian dari prinsip hidup sejak belasan tahun lalu (udah lupa kapan).
Kami mengambil hadits ini sebagai landasan utamanya, yang saya yakin para pembaca juga familiar dengan redaksinya,
“Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing, juga tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat gambar (patung).” (Sangat banyak perawinya)
Meskipun syarah-nya akan sangat panjang.
Abah mengajarkan pada saya untuk ngga pernah menolak atau mentolelir satupun nash dari hadits nabi SAW (dan penjelasannya melalui para ulama). Kalau (otak/pemahaman) kita belum nyampe, minimal menjadikan sabda tersebut sebagai warning untuk lebih berhati-hati, serta sebagai sign of life untuk mengambil keputusan.
Kami punya sangat-amat-banyak-sekali pengalaman tentang gambar makhluk. Buanyaaaakkkk.
Seperti misal, saya dan istri ada cerita cukup unik. Kami punya banyak sekali koleksi buku belajar untuk anak-anak kami, dan buku-buku itu bergambar makhluk.
Yang menarik adalah, ketika kami lalai merapihkan buku-buku itu kembali pada tempatnya (yang tertutup), ke dalam rak dan ditutup pintu lemari, maka keesokannya anak-anak kami sangat susah diatur, nangis ngga jelas, dan minta yang aneh-aneh.
Kalau kita rapihkan, kita tutup buku-buku itu, kita simpan ke tempat yang aman (tertutup, tidak terlihat) setelah selesai dimainkan oleh mereka (untuk tujuan edukasi), maka keesokannya anak-anak kami nurutnya masya Allah, justru mereka yang berikan perhatian lebih ke orangtuanya, ngga ngerepotin, dll.
Barang-barang yang ada makhluknya di rumah kami secara umum ya buku-buku itu dan beberapa boneka jari.
Saya ngga bicara banyak hukum tentang gambar ya karena ini akan menjadi topik yang semakin panjang untuk didiskusikan. Ringkasnya, secara default menggambar itu sah-sah saja (menurut saya), yang diperhatikan adalah apa yang kita gambar dan apa dampaknya (untuk diri sendiri dan orang lain) setelah kita menggambar sesuatu tersebut.
Pengalaman seperti di atas itu ngga hanya kami yang mengalami, tapi ada banyak orang lain juga merasakannya. Dan itu hanya satu contoh kasus.
Contoh lainnya, cukup banyak kasus yang pernah ditangani Abah saya tentang orang yang bermasalah karena terlalu fanatik dengan tokoh fiktif. Setelah diterapi, ternyata memang ada jin tinggal di tubuhnya yang masuk karena orang tersebut berlebihan dalam mengidolakan si tokoh fiktif.
Gambar dan objek bernyawa ini menjadi perantara yang sangat bagus untuk menjadi berhala baru bagi para penggemarnya. Seringkali, kedekatan seseorang dengan tokoh fiktif itu bisa melebihi dan melampaui apapun (susah diukur nalar), dia punya rasa suka tersendiri yang berbeda, yang susah dijelaskan.
Kalau kamu penggemar yang fanatik terhadap sesuatu (tokoh fiktif, hewan, klub bola, dan lainnya), kamu juga akan merasakan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan tersebut.
Sampai pada tahap nantinya begini,
“Sesuatu yang sudah disukai sangat banyak orang, meski kita tidak ikut menyukainya, itu bisa memberikan dampak juga pada diri kita.”
Kalau ngga paham sama kalimat di atas, saya akan kasih contoh.
Saya ambil tokoh Hello Kitty, ada 13 juta orang yang menyukainya, seenggaknya di Facebook. Entah ada berapa angka real-nya.
Meski saya ngga ada rasa suka ke Hello Kitty, kalau saya beli aksesoris, kaos, baju, tas, dan lainnya yang related ke tokoh itu, maka saya bisa ikut kena dampak negatifnya.
Kenapa begitu?
Well, saya akan jelaskan dengan agak beribet,
- Jin menggunakan rasa suka, rasa senang, rasa sedih, rasa marah pada manusia sebagai celah. Maka Islam mengajarkan kalimat-thoyyibah setiap kali kita mengekspresikan emosi (sedih, senang, marah, kecewa, dll). Alhamdulillah, masya allah, subhanallah, innalillah, dst.
- Objek yang tidak mendatangkan manfaat yang terlampau disukai manusia, secara otomatis menjadi celah bagi jin untuk mengganggu manusia. Rasa sukamu pada sebuah objek sudah otomatis membuka portal bagi jin untuk bisa lebih mudah mengganggu kehidupanmu.
- Ketika objek itu udah sangat populer, maka objek itu benar-benar berubah menjadi berhala, sesembahan, bahkan ilah (tuhan). Berlakulah hukum seperti contoh Hello Kitty di atas. Dampak negatifnya udah ngga peduli dengan ada atau tidak adanya rasa suka terhadap objek tersebut.
- Apalagi jika objek tersebut merupakan karakter yang ditampilkan dengan visual (gambar) makhluk hidup. Ini selaras dengan yang disabdakan baginda nabi tentang sikap kita yang harus hati-hati dan waspada terhadap objek-objek tersebut.
Cara Menghindari Kefanatikan
Dulu sekali, saya suka sama sebuah klub bola, saya suka klub tersebut karena pas pertama nonton saya merasa mainnya mereka bagus sekali, keren. Karena saya suka, maka:
- Saya berusaha untuk selalu nonton live pertandingan mereka
- Beli camilan dan jajanan khusus untuk acara nonton itu
- Beli baju-baju orinya
- Beli CD ori dokumentasi mereka
- Saya selalu merasa logo klub itu keren sekali
- Saya hapal bentuk logonya, garisnya, lekukannya, sampai sering saya gambar di kertas
- Saya hapal nama-nama pemainnya, biografinya, pemain legendarisnya, dan segalanya
- Saya senang kalo tim ini menang, mengulang-ulang video highlight golnya
- Saya sedih sekali kalo tim ini kalah, rasanya sesek di dada
Hal-hal di atas itu benar-benar terjadi pada diri saya dulu. Saya tahu persis kelakukan manusia para penggemar klub bola, haha. Alhamdulillah beberapa tahun sebelum saya menikah, atas pertolongan Allah saya berhasil keluar dari penggemar fanatik. Buat saya, ini adalah prestasi yang harus disyukuri.
Beberapa ini bisa kita lakukan untuk menjadikan kita tidak fanatik terhadap objek-objek tertentu:
- Delete semua foto, gambar, atribut dari semua gadget dan akun-akun kita
- Buang semua barang-barang yang berkaitan sama itu. Kalo udah menancap banget dalam hati, biasanya kamu akan sakit secara fisik (demam, migran, dll) ketika melakukan hal ini
- Stop mengikuti kabar-update-terkini tentang hal-hal tersebut
- Doa sama Allah untuk dimudahkan move on
- Sabar
Uang di Celengan Hilang, Kok Bisa?
Saya juga baru tahu maraknya kasus uang hilang di tabungan ya baru-baru ini. Jangan pakai istilah celengan karena akar katanya sudah bermakna lain. Buat saya ini berpengaruh sekali. Kita pakai tabungan saja.
Ada yang PM saya di Facebook, terus juga pas lewat di timeline ada banyak screenshot dari status banyak orang yang kehilangan uangnya.
Setelah saya perhatikan, mayoritas yang kehilangan uangnya itu adalah tabungan yang berbentuk makhluk hidup, bahkan cukup banyak yang berupa tokoh fiktif yang digemari banyak orang seperti yang saya jelaskan di atas.
Dari tanda-tanda itu saja sebenarnya sudah bisa dinalar, kenapa hal itu bisa terjadi; kita membuat celah untuk diri kita sendiri sehingga kita bisa dengan mudah diusili para jin.
Semua terjadi atas izin Allah, tapi sunnatullah selalu berlaku. Saya mengistilahkan sunnatullah itu sebagai pola dan rumus yang masuk akal, meski prosesnya terjadi secara ghaib.
Kenapa uang bisa hilang itu bisa diukur dengan akal (logika), tapi bagaimana prosesnya ini wallahua’lam.
Preventif
Beberapa hal preventif yang bisa kamu lakukan untuk menghindari kehilangan uang di tabungan:
- Biasakan baca bismillah untuk semua urusan, termasuk dalam hal ini menabung. Alhamdulillah saya membiasakan ini untuk diri saya sendiri, istri, dan anak-anak, untuk hal apapun.
- Gunakan tabungan yang tidak berbentuk makhluk hidup
- Jangan pernah absen membaca Al Quran setiap hari, rumah yang dibacakan Al Quran oleh penghuninya akan menjadi lebih strength dari gangguan jin.
- Tabungan bisa juga ditempelkan ta’awudz, basmalah, atau ayat kursi.
Bisakah Uangnya Dikembalikan?
Secara sunnatullah harusnya bisa dengan catatan secara fisik uangnya memang masih ada dan belum digunakan oleh si pencuri untuk keperluan mereka. Kalaupun ngga kembali ke kita, setidaknya uangnya berhasil kita ambil lagi dari tangan mereka dan dialihkan untuk sesuatu yang lain yang bermanfaat (dengan cara Allah).
Tapi kami belum pernah lakukan ini sebelumnya, jadi persisnya kami belum tahu. Sementara, cukup do’akan agar uang itu atas izin Allah tidak bisa digunakan oleh si pencuri, dan niatkan uang itu kembali ke tempatnya yang haqq.
Secara umum, untuk mengembalikan sesuatu yang rusak, hilang, bisa dilakukan dengan cara-cara ini:
- Membaca ta’awudz
- Mention pencurinya, sebut saja “wahai tuyul atau siapapun yang mencuri uang saya, bertaubatlah”
- Niatkan untuk mentarget/menyasar uangnya dan pencurinya dan baca ainama takuunu ya’ti bikumullaahu jami’aa, innallaaha ‘alaa kulli syai’in qodir (Al Baqarah 148) artinya, Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
- Memohon pada Allah untuk dikembalikan uangnya pada kita. Insya Allah secara ajaib barang-barang yang hilang itu ketemu, meski ngga harus diposisi awalnya.
- Sekalian kita doakan dan niatkan untuk mengunci uangnya kalau uangnya belum bisa kembali ke kita. Niatkan mentarget/menyasar uangnya, bacakan ayat kursi, tiupkan/arahkan ke uangnya yang entah ada di mana. Supaya uang itu dilindungi dan tidak bisa digunakan oleh mereka.
Bagaimana Dengan Uang di Bank?
Kenapa tuyul atau jin itu ngga mencuri saja di bank? Bukannya lebih banyak? Bukannya uangnya lebih bagus-bagus? Kenapa juga ngga ambil di ATM?
Ngga sedikit yang bertanya kayak begitu.
Dunia para jin itu mirip-mirip seperti dunia manusia, beda dimensi aja. Tatanan sosial di sana juga mirip seperti di sini. Ada strata atau tingkatan sosial, dan ada rules of the game yang berlaku, ada birokrasinya, ada privilege juga di mana tidak bisa saling interupsi antar mereka.
Di kalangan jin itu juga ada clan dan nasab yang mempunyai keahlian khusus (spesialisasi). Ada yang memang handal dalam memisahkan pasangan (cerai), ada yang handal dalam memindahkan benda, ada yang jago mencuri, dan lainnya.
Perang antar kerajaan atau tawuran antar komunitas juga hal yang biasa terjadi di kalangan mereka.
Ada yang cerdas, ada yang bodoh, ada yang berkuasa ada yang dikuasai, dan seterusnya.
Kembali ke pertanyaan, mengapa bank aman-aman saja? Dari penjelasan saya di atas, mestinya sudah terjawab ya.
Orang-orang bank (tentunya di level tertentu) sangat paham dengan kehidupan dan hirarki dalam dimensi para jin, dan mereka meyakini hal ini lebih dari pada kamu. Mereka sudah sangat tahu apa yang harus dilakukan untuk mengamankan bisnis mereka; membayar “security”.
Saya sendiri belum pernah tahu gimana dan bagaimananya, saya tulis seperti itu berdasar pengalaman selama ini.
Tuyul atau jin pencuri yang digambarkan sebagai makhluk o’on, memang demikian adanya, tidak mungkin berani menghadapi (menginterupsi) jin lain dengan strata yang lebih tinggi dan lebih kuat darinya.
Saran-saran yang Bisa Dipertimbangkan
Beberapa saran yang bisa saya tulis untuk kamu para end-user atau konsumen:
- Jangan beli barang yang gambar karakternya sudah populer (hello kitty, winnie the pooh, power rangers, dll).
- Jangan beli barang bergambar kalo semata-mata niatnya hanya untuk kesenangan. Perhatikan di bagian ini, kalau porsi utamanya bukan untuk edukasi, maka tinggalkan.
- Setelah digunakan, segera simpan rapi ke tempat yang tidak terbuka (tidak bisa dilihat oleh orang lain). Tempatkan di lemari khusus, tertutup, rapat.
Beberapa saran untuk creator atau produsen:
- Ada baiknya dalam penjualan yang kamu lakukan, selipkan nasehat lewat secarik kertas untuk mengajak konsumen kembali mengemas dan simpan produk-produk tersebut setelah selesai mereka gunakan. Jangan dibiarkan terbuka.
- Akan bagus kalau karakter yang menempel adalah karakter yang umum, tidak terkenal, tidak sampai bisa menempel dalam benak manusia. Hanya sekedar ilustrasi saja.
Yang pasti, semua hal itu ngga ada masalah apa-apa dari sudut pandang fiqih, sah-sah saja. Masalah tashwir atau (meng)gambar makhluk itu udah lama dibahas para ulama fiqh.
Saya ngga lagi menggunakan kacamata fiqh secara umum, saya pakai kacamata ath-thibb (pengobatan). Atas izin Allah, ada cukup banyak problem yang tidak terjawab di fiqh tapi selesai di ath-thibb.
Insya Allah ngga ada (hukum) dosa apapun untuk kalian selama semua niatnya memang untuk kebaikan, sebagaimana hal ini dibahas para ulama. Tapi untuk kehati-hatian (anjuran) maka apa yang saya tulis bisa menjadi bahan untuk dipertimbangkan.
Yang jelas faktanya dari ath-thibb didapati hal-hal semacam itu, yang bisa kita lakukan selanjutnya adalah menjadikan informasi ini sebagai bagian dari variabel pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Sekian dulu gaes.