Menghormati Ilmu

Ibrahim Vatih
15 September 2018

Jaman now, motivasi orang untuk mendapatkan sesuatu itu beragam, tapi seringkali yang menjadi motivasi dasar adalah hal-hal terkait duniawi, termasuk juga saya kadang begitu, astaghfirullah.

Selama proses belajar mencari ilmu (apa saja) saya menemukan banyak sekali nasehat dari guru, kawan, dan pengalaman.

Saya mau berbagi variabel yang sering terabaikan seorang penuntut ilmu. Padahal melalui variabel-variabel inilah proses turunnya ilmu menjadi lebih mudah, yang kemudian disusul dengan pemahaman yang baik terhadap ilmu tersebut.

Cepat paham plus tidak keliru dalam memahaminya.

1. Hormati Manusia

Pengalaman saya mengajarkan orang lain tentang bidang yang saya tekuni, ada aja orang yang tidak menggunakan adabnya dengan baik.

Ketika kita memutuskan untuk belajar pada seseorang, jangan pernah tunjukkan akhlak yang ngga baik di hadapannya.

Karena sebab perantaranyalah kita bisa menerima ilmu, ia menjadi perantara bagi terbukanya wawasan untuk diri kita.

Dalilnya sangat amat banyak sekali.

Salah seorang ulama pernah sedang belajar di teras masjid, kemudian melintas anak gurunya sedang bermain dan berlarian. Yang dilakukan ulama tersebut ketika anak gurunya berlari (melintas) di dekatnya, ia berdiri demi menghormati anak dari gurunya tersebut.

Ini tentang rasa hormat, rasa takdhim, dan memuliakan orang-orang yang menjadi sebab sampainya ilmu pada kita.

2. Hormati Media atau Wasilah

Manusia mempunyai peran sebagai wasilah (perantara) yang paling besar. Itu kenapa pada poin nomor satu di atas saya sebut secara terpisah, karena keberadaannya yang juga paling spesial.

Tapi ingat, bahwa wasilah juga hadir dari benda-benda tak bernyawa.

Kitab yang kita buka, buku yang kita baca, alat tulis yang kita gunakan, semua itu adalah wasilah sampainya ilmu pada kita.

Motor, mobil, handphone, laptop, dst.

Sudah selayaknya barang-barang itu kita hormati pula, kita hargai. Dengan cara merawat dan memperhatikan secara layak.

Termasuk ucapkan doa kebaikan untuk barang-barang tersebut. Memang sebegitunya? Iya, Nabi mengajarkan kita demikian, berdoa memohon pada Allah agar barang-barang yang kita pakai bisa memberikan manfaat untuk kita dan orang lain.

3. Siapa yang Butuh?

Generasi jaman sekarang tingkah lakunya makin beragam. Saya udah sering baca kisah dan keluhan para guru, dosen, ustadz, dll tentang anak didik yang berperilaku kurang tepat terhadap mereka. Dan tidak jarang saya juga merasakannya.

Sebagai seorang penuntut ilmu yang baik, posisikan diri kita sebagai orang yang benar-benar butuh (akan asupan ilmu).

Minimal, kita yang datang pada sumber ilmu (guru), bukan berperilaku sebaliknya.

Ikuti aturan yang berlaku, hormati lingkungan yang ada, dan gunakan kalimat komunikasi yang baik.

Niat kamu untuk menghormati guru itu sudah dihitung keberkahan, yang bisa jadi faktor-faktor keberhasilanmu terkait ilmu yang kamu pelajari itu salah satunya disebabkan oleh keberkahan tersebut.

4. Cara Mengambil Ilmu

Untuk bisa mendapatkan keberkahan ilmu selain dengan cara-cara di atas, kamu juga harus mengetahui dengan cara apa ilmu tersebut bisa diserap secara maksimal.

Setiap bidang ilmu mempunyai polanya masing-masing. Selain kita mempelajari shortcut khusus di tiap bidang keilmuan itu, ada kaidah umum yang juga mesti kamu pahami. Ada 2 hal yang harus ada pada seorang penuntut ilmu ketika ia mau mengambil ilmu tersebut dengan sempurna.

Para ulama menjelaskan, ilmu tidak akan masuk pada orang yang:

  1. Malu bertanya
  2. Ada rasa sombong

Tugas kamu adalah membuat 2 hal itu tidak ada dan hilang dari hati dan pikiran.

Malu Bertanya

Setelah kamu berhasil mengubah kebiasaan yang tadinya malu menjadi berani, selanjutnya perlu diatur jenis pertanyaan macam apa yang akan kamu sampaikan.

Setiap pertanyaan mempunyai alamatnya masing-masing. Misalnya, jangan menyampaikan pertanyaan yang terlalu sepele kepada guru. Pertanyaan sepele lebih tepat kamu tanyakan pada sesama penuntut ilmu (kepada teman).

Di titik ini, mulailah untuk belajar mendesain pertanyaan yang berkualitas.

Ada Rasa Sombong

Ketika kamu sudah memutuskan untuk menjadikan seseorang sebagai guru, jangan pernah menganggap ia berada di bawah kamu. Dan jangan pernah merasa ilmu yang disampaikan terlalu membosankan.

Kamu hanya perlu beradaptasi dengan cara guru kamu menyampaikan sesuatu.

Kalau sejak awal kamu sudah preventif, ilmu tidak akan masuk. Tidak ada orang yang sempurna termasuk orang yang mengajarkan kamu. Tetap hormati, tetap hargai.

5. Belajar Cara Belajar

Di atas sudah saya sebutkan bahwa setiap bidang ilmu mempunyai pola dan shortcut untuk kamu pelajari lebih dulu sebelum menyelami semua cabangnya.

Yang mana, kalau kamu berhasil melihat benang merahnya, kamu akan lebih mudah untuk melihat seluruhnya.

Hal ini yang selalu saya gunakan ketika saya mau mempelajari sesuatu yang baru. Setidaknya ada 3 hal yang harus saya lakukan.

  1. Mencari orang yang tepat untuk saya jadikan guru, saya pelajari profilnya, saya lihat rekam jejaknya. Tujuannya supaya ketika saya sudah mantap, saya bisa dengan maksimal mengerjakan tanggung jawab saya sebagai murid dan menunaikan hak dia sebagai guru (seperti pada penjelasan poin-poin di atas).
  2. Menentukan goals dari ilmu yang mau saya pelajari.
  3. Memetakan dan menyusun kerangka dasar versi saya sendiri terkait ilmu yang mau saya pelajari, mana saja poin-poin pentingnya, dan apa saja shortcut yang bisa saya tempuh.

Dengan begitu, saya juga bisa mengukur timeline mulai dari start sampai finish-nya.

Kesimpulan

Tulisan kali ini ngga panjang, tapi semoga bisa menjadi bahan yang bisa kamu renungkan untuk memperbaiki niat yang selama ini tertanam dalam hati, terucap oleh lisan, dan terwujud dalam perbuatan.

Sebuah quote dari Imam Asy-Syafi’i yang kita semua sudah familiar terhadapnya,

Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, kamu akan menanggung perihnya kebodohan.

Sekian.