Ini pertama kalinya diundang untuk mengisi sebuah acara. Menjadi narasumber. Pengalaman pertama. Gugup.
Ketika diminta oleh panitia untuk menjadi salah satu narasumber, saya menyanggupi dengan perasaan batin yang juga masih bergeming, lanjut, tidak, lanjut, tidak.
Mendapat jatah untuk menyampaikan tentang remaja gaul yang syar’i.
Penampilan pertama yang disaksikan lebih dari 400 pasang mata. Benar-benar membuat dada ini bergetar. Kikuh. Hanya kalau tidak pernah dimulai maka tidak akan pernah bisa merasakannya. Dan kini saya telah merasakannya.
Menyampaikan tentang gambaran umum remaja masa kini. Juga menggambarkan tentang gaya hidup remaja yang syar’i. Yang mampu memanfaatkan masa waktu dengan sebaik mungkin.
Awalnya saya agak susah menemukan ritme yang pas dalam berbicara. Namun semakin lama semakin bisa mengontrol dan menemukan frekuensi yang cocok.
Melakukan reduksi pada ayat dan hadits. Agar lebih mudah dipahami. Ternyata susah juga.
Mereka diam, antusias menyaksikan bahasan yang saya sampaikan. Dan saya seolah telah menyihir ratusan hadirin yang ada pada auditorium tersebut. Hebat!
Ya, saya jadi semakin tertantang untuk bisa tampil kembali dengan memberikan ulasan yang lebih sederhana dan menarik.
Dengan berdiri di hadapan mereka menjadikan saya seolah seorang raja yang sedang melakukan khutbah kenegaraan yang mana mereka mendengarkan dan mentaati.
Memperkuat maknawiyah adalah salah satu jalan untuk bisa menyihir banyak orang dengan kebaikan. Begitu kata ibu saya.
Ibu dan Ayah saya adalah orang yang memberikan ketetapan wajib pada diri mereka sendiri terkait beberapa ibadah sunnah. Seperti Tahajud dan Dhuha. Dan apabila mereka meninggalkannya, lalu mereka meng-istighfar-i kelalaian tersebut. Terlebih jika yang membuat lalai (melewatkan) itu adalah hal duniawi.
Disitulah letak untuk mendongkrak kekuatan maknawiyah. Dengan ibadah-ibadah sunnah yang nabi sendiri mengajurkan dengan sangat pada ummatnya.
Maknawiyah adalah sebuah kekuatan kharisma yang muncul berkenaan dengan kondisi kejiwaan dan batin kita. Yang mampu memberikan pancaran positif terhadap apa-apa yang ada di sekitarnya. Kurang lebih seperti itu.
Dan kini saya sudah merasakan yang namanya berbicara dihadapan ratusan orang. Tinggal melakukan expanding untuk semakin baik ke depannya.
Berbicara juga membutuhkan skill batin agar tak tergoyahkan ketika berdiri di hadapan banyak orang.
Menjadi seorang public speaking ternyata menarik.